Warung Internet

Home » » Dahsyatnya Gunung Tambora Hingga Wakil Menteri ESDM Meninggal Dunia

Dahsyatnya Gunung Tambora Hingga Wakil Menteri ESDM Meninggal Dunia

Minggu, 22 April 2012 | 0 komentar

Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo meninggal dunia saat mendaki Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat (NTB). Pria berambut gondrong tersebut memang hobi mendaki gunung sejak muda.

Bersama rombongan, pak Wid, panggilan akrabnya mendaki Tambora sejak 19 April 2012 dengan tema Female Trackers For Lupus. Pak Wid di duga sesak napas setelah sampai di dekat kawah Gunung Tambora yang berketinggian 2851 meter. Pria berumur 61 tahun tersebut tak tertolong dan meninggal dunia di atas tandu ketika akan di evakuasi.

Seberapa dahsyat dan menariknya Gunung Tambora tersebut sehingga membuat seorang Wakil Menteri meluangkan waktunya untuk turut mendaki gunung.?

Gunung Tambora adalah sebuah stratovolcano aktif yang terletak di pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Gunung ini terletak di 2 kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut), dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), Provinsi Nusa Tenggara Barat, tepatnya pada 8 15' LS dan 118 BT.

Gunung ini terletak baik di sisi utara dan selatan kerak oseanik. Tambora terbentuk oleh zona subduksi di bawahnya. Hak ini meningkatkan ketinggian Tambora sampai 4.300 (m2) yang membuat gunung ini pernah menjadi salah satu puncak tertinggi di Nusantara dan mengeringkan dapur magma besar di dalam gunung ini. perlu waktu seabad untuk mengisi kembali dapur magma tersebut.

Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity.



Kedahsyatan letuan Tambora setara dengan 1.000 Megaton TNT, dan hanya kalah oleh letusan mahadahsyat Gunung Toba yang mencapai skala 8 dari ketinggian 8 pada indeks VEI (Volcanic Explosivity Index), lebih kurang 74.000 tahun lalu yakni jauh pada masa pra sejarah.

Menggeram mulai awal April, dan mulai meletus kecil sejak tanggal 5 April, puncak letusan Gunung Tambora terjadi pada 10-11 April 1815, dumulai malam hari pukul 19.00 tanggal 10, dan terus menerus meletus hingga mengguncangkan bumi keesokan harinya pada skala 7 dari ketinggian 8 pada indekx VEI. Kekuatan ledakannya bahkan tercatat 4x lebih besar dari letusan Gunung Krakatau tahun 1883.

Mentemburkan muatan tefrit hingga 1.6 x 1011 meter kubik, dan 100 kilometer kubik piroklastik trakiandesit dengan perkiraan massa 2,4 x 1014 kilogram, dentuman suara ledakannya terdengar hingga radius 2600 kilometer, mulai dari Sumatera hingga Makassar dan Ternate, sebagaimana dilaporkan menggetarkan Surabaya menurut catatan buyku harian sejumlah warga Belanda hingga menggema ke bagian barat laut Benua Australia.



Letusan hebat yang bertubi-tubi menghasilkan endapan aliran piroklastik hingga 20 kilometer jauhnya, memu7ntahkan magma hingga 100 kilometer kubik, dan melontarkan abu dan debu vulkanik sejauh 1300 kilometer hingga Jawa Barat dan Batavia di arah barat dan Sulawesi Selatan di utara, dengan volume hingga 400 kilometer kubik, dilepaskan ke angkasa hingga menembus strasfer pada ketinggian 44 kilometer di atas permukaan tanah.

Selain itu, getaran gempa yang mengguncang Sumbawa juga menggelegakkan samudera dan menggolakkan lautan, menimbulkan tsunami setinggi 4 meter bermula dari pesisir Sanggar pada pukul 10 malam tanggal 10 April menerjang pantai di Bima dan terus bergulung-gulung hingga sejauh 1200 kilometer. Menjelang tengah malam telah menghempas Besuki di Jawa Timur hingga mentapu tepian pantai Kepulauan Maluku dengan tinggi dinding air bah masih setinggi 2 meter.

Letusan Gunung Tambora juga telah memusnahkan nyaris seluruh warga dari 3 kerajaan sekaligus, yakni Kerajaan Sanggar yang berjarak 35 kilometer di sebelah timur, Kerajaan Pekat yang terletak 30 kilometer di sebelah barat, dan Kerajaan Tambora yang terletak 25 kilometer dari gunung tertinggi di pulau Sumbawa, serta pernah menjadi yang tertinggi di Indonesia.

Tercatat jumlah korban mencapai 71.000 jiwa, dan selamat hanya sekitar 200 jiwa. Sekitar 12.000 tewas secara langung akibat letusan gunung berapi, sementara puluhan ribu sisanya menderita dampak susulan yang tak kalah mengerikan dari bencana mahadahsyat tersebut. Meninggal karena kelaparan, tercemarnya air minum oleh abu vulkanik, ketiadaan bahan makanan, dan terjangkit wabah penyakit mengenaskan. Sedikitnya 38.000 orang tewas di Sumbawa dan 10.000 lainnya menyusul di Lombok.

Dalam artikel berjudul "Mount Tambora in 1815 Volcanic Eruption in Indonesia and Its Aftermaths", Bernice de Jong Boers bahkan menyebutkan bahwa ketusan Gunung Tambora diduga menjadi pemicu pecahnya epidem kolera untuk pertama kalinya ke seluruh dunia.

Lebih dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim duni. 1 tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagai tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan terjainya kelaparan terburuk pada abad ke-19.

Selama penggalian arkeologi tahun 2004, tim arkeolog menemukan sisa kebudayaan yang terkubur oleh letusan tahun 1815 di kedalaman 3 meter pada endapan piroklastik. Artifsk-artifak tersebut ditemukan pada posisi yang sama ketika terjadi letusan. Karena ciri-ciri yantg serupa inilah, temuan tersebut sering disebut sebagai Pompei dari timur.



Editor : onco gamankz
Sumber : berbagai sumber

Photobucket
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2012. Ƙɑɓɑr eN Te Be - All Rights Reserved
Template Modify by Onco Gamankz
Proudly powered by Blogger