Gelombang pasang di Pantai Ampenan masih belum reda. Jurasip, sesepuh warga Kampung Bugis mengaku, gelombang pasang yang menerjang Kampung Bugis kali ini termasuk yang paling parah sejak ia tinggal di sana. ‘’Ini paling parah,’’ katanya pada Lombok Post (Grup JPNN), Selasa (8/1).
Kakek yang menyebut usianya lebih dari 100 tahun, ini membenarkan gelombang pasang selalu terjadi setiap tahun. Biasanya gelombang pasang terjadi bulan Januari sampai April. ‘’Tapi ini aneh, Januari gelombangnya sudah seperti ini,’’ ungkapnya sedikit heran.
Senin malam lalu, gelombang besar menggulung sejumlah perahu yang berada di pantai. Tiga perahu nyaris karam, namun berhasil ditarik ke pinggir pantai. Sementara, satu perahu besar bantuan pemerintah tak terselamatkan dan karam.
Suhaimi, salah satu warga Kampung Bugis, Kelurahan Bintaro menuturkan, warga sudah berupaya menyelamatkan perahu besar itu dengan menariknya ke pinggir. Namun, upaya warga sia-sia belaka, karena perahunya lebih besar. Apalagi ombak sangat besar. ‘’Kalau ditarik dengan kapal tidak mungkin, pasti terbalik kapalnya,’’ katanya.
Karena gagal menariknya ke pinggir, beberapa warga setempat berenang ke arah perahu yang karam tersebut. Mereka berupaya menyelamatkan mesin perahu. Perahu dengan kekuatan mesin 45 PK sudah ditimbun pasir. ‘’Sulit, sudah tidak mungkin untuk diangkat. Apalagi gelombangnya besar,’’ sambungnya.
Warga lainnya, Sahdan menambahkan, tidak hanya satu perahu yang digulung gelombang. ‘’Ada empat perahu yang digulung ombak,’’ katanya.
Sementara, para nelayan yang menunggu di pinggir pantai terus memantau situasi. ‘’Perahu yang besar itu terbalik. Tiga lainnya digulung ombak terus,’’ katanya.
Setelah menunggu semalaman, tiga perahu milik nelayan perlahan ke pinggir. Puluhan nelayan yang begadang di Kampung Bugis langsung gotong royong membawa perahu tersebut ke pantai.
Menurutnya, bila perahu-perahu tersebut tetap dibiarkan terombang-ambing ombak, perahu tersebut akan rusak. ‘’Menjelang Subuh, tiga perahu itu bisa dibawa ke pinggir,’’ ucapnya.
Dijelaskan, satu perahu nelayan nilainya lebih dari Rp 30 juta. Dia kemudian merinci, mesin perahu dengan kapasitas 15 PK harga barunya Rp 18 juta lebih. Sedangkan perahu beserta kelengkapan lainnya harganya mencapai Rp 15 juta. ‘’Makanya yang belum terselamatkan, warga memilih menunggu,’’ ungkapnya.
Ditambahkan, perahu besar yang karam nilainya lebih besar dibanding perahu biasa. Badan kapal saja nilainya mencapai Rp 100 juta. Sementara mesin kapasitas 45 PK harganya diperkirakan lebih dari Rp 45 juta. ‘’Makanya warga masih mengupayakan untuk menyelamatkan kapal,’’ imbuhnya.
Kasi Kessos Kelurahan Bintaro Nyoman Dibya mengatakan, pihak kelurahan masih rapat untuk menghitung bantuan yang akan diberikan kepada warga. Mengenai kerugian yang diderita warga sendiri, pihaknya belum mengkalkulasinya. ‘’Jumlah sampan maupun rumah yang rusak belum diketahui secara pasti,’’ ucapnya.
Sementara itu Ketua Komisi II DPRD Kota Mataram Nyayu Ernawati yang turun bersama Ikatan Keluarga Dewan (IKD) ke Kampung Bugis mengatakan, perahu nelayan yang karam harus mendapat ganti rugi dari pemerintah. Perahu tersebut dipakai oleh nelayan untuk mencari nafkah di laut lepas. ‘’Harus segera disampaikan ke pemerintah soal perahu yang tenggelam itu,’’ katanya singkat.
Kakek yang menyebut usianya lebih dari 100 tahun, ini membenarkan gelombang pasang selalu terjadi setiap tahun. Biasanya gelombang pasang terjadi bulan Januari sampai April. ‘’Tapi ini aneh, Januari gelombangnya sudah seperti ini,’’ ungkapnya sedikit heran.
Senin malam lalu, gelombang besar menggulung sejumlah perahu yang berada di pantai. Tiga perahu nyaris karam, namun berhasil ditarik ke pinggir pantai. Sementara, satu perahu besar bantuan pemerintah tak terselamatkan dan karam.
Suhaimi, salah satu warga Kampung Bugis, Kelurahan Bintaro menuturkan, warga sudah berupaya menyelamatkan perahu besar itu dengan menariknya ke pinggir. Namun, upaya warga sia-sia belaka, karena perahunya lebih besar. Apalagi ombak sangat besar. ‘’Kalau ditarik dengan kapal tidak mungkin, pasti terbalik kapalnya,’’ katanya.
Karena gagal menariknya ke pinggir, beberapa warga setempat berenang ke arah perahu yang karam tersebut. Mereka berupaya menyelamatkan mesin perahu. Perahu dengan kekuatan mesin 45 PK sudah ditimbun pasir. ‘’Sulit, sudah tidak mungkin untuk diangkat. Apalagi gelombangnya besar,’’ sambungnya.
Warga lainnya, Sahdan menambahkan, tidak hanya satu perahu yang digulung gelombang. ‘’Ada empat perahu yang digulung ombak,’’ katanya.
Sementara, para nelayan yang menunggu di pinggir pantai terus memantau situasi. ‘’Perahu yang besar itu terbalik. Tiga lainnya digulung ombak terus,’’ katanya.
Setelah menunggu semalaman, tiga perahu milik nelayan perlahan ke pinggir. Puluhan nelayan yang begadang di Kampung Bugis langsung gotong royong membawa perahu tersebut ke pantai.
Menurutnya, bila perahu-perahu tersebut tetap dibiarkan terombang-ambing ombak, perahu tersebut akan rusak. ‘’Menjelang Subuh, tiga perahu itu bisa dibawa ke pinggir,’’ ucapnya.
Dijelaskan, satu perahu nelayan nilainya lebih dari Rp 30 juta. Dia kemudian merinci, mesin perahu dengan kapasitas 15 PK harga barunya Rp 18 juta lebih. Sedangkan perahu beserta kelengkapan lainnya harganya mencapai Rp 15 juta. ‘’Makanya yang belum terselamatkan, warga memilih menunggu,’’ ungkapnya.
Ditambahkan, perahu besar yang karam nilainya lebih besar dibanding perahu biasa. Badan kapal saja nilainya mencapai Rp 100 juta. Sementara mesin kapasitas 45 PK harganya diperkirakan lebih dari Rp 45 juta. ‘’Makanya warga masih mengupayakan untuk menyelamatkan kapal,’’ imbuhnya.
Kasi Kessos Kelurahan Bintaro Nyoman Dibya mengatakan, pihak kelurahan masih rapat untuk menghitung bantuan yang akan diberikan kepada warga. Mengenai kerugian yang diderita warga sendiri, pihaknya belum mengkalkulasinya. ‘’Jumlah sampan maupun rumah yang rusak belum diketahui secara pasti,’’ ucapnya.
Sementara itu Ketua Komisi II DPRD Kota Mataram Nyayu Ernawati yang turun bersama Ikatan Keluarga Dewan (IKD) ke Kampung Bugis mengatakan, perahu nelayan yang karam harus mendapat ganti rugi dari pemerintah. Perahu tersebut dipakai oleh nelayan untuk mencari nafkah di laut lepas. ‘’Harus segera disampaikan ke pemerintah soal perahu yang tenggelam itu,’’ katanya singkat.
Sumber : jpnn.com
Editor : Onco
0 komentar:
Posting Komentar